Telur merupakan hasil
akhir dari proses
gametogenesis, setelah oosit mengalami fase
pertumbuhan yang panjang
yang sangat bergantung
pada gonadotropin. Perkembangan
diameter telur pada
oosit teleostei umumnya karena akumulasi kuning telur selama proses
vitelogenesis. Akibat proses ini, telur yang
tadinya kecil berubah
menjadi besar. Segera
setelah sperma membuahi telur,
maka telur ikan
langsung mengalami perkembangan.
Perkembangan
tersebut meliputi pembelahan
sel yang satu
menjadi sel yang lebih
banyak yaitu 1,2,4, 8,16 dan seterusnya. Pembelahan zygot (cleavage atoge) adalah
rangkaian mitosis yang berlangsung berturut-turut segera
setelah terjadi pembuahan.
Pembelahan zygot berlangsung
cepat sehingga sel
anak tidak sempat
tumbuh, sehingga ukuran sel anak makin lama makin kecil, sesuai dengan
tingkat pembelahan. Akibatnya pembelahan menghasilkan
kelompok sel anak
yang disebut morula
dan sel anak
disebut blastomer. Blastomer
melekat satu sama
lain oleh kekuatan saling melekat yang disebut
tigmotaksis.
Mengkomunikasikan
Menurut jumlah dan
penyebaran kuning telur,
pembelahan kuning telur;
pembelahan dapat dibedakan menjadi dua macam ;
1. Pembelahan
holoblastik, yaitu seluruh
sel telur membelah
menjadi dua bagian,
kemudian anak sel
tersebut membelah lagi
secara sempurna dan seterusnya.
Pada pembelahan ini dibagi lagi menjadi :
a. A. Pembelahan
holoblastik sempurna (equal)
dimana bidang pembelahan
sel telur menjadi
dua blastomer yang
seragam. Pembelahan semacam ini terjadi pada sel telur isolechital
(kuning telur yang penyebarannya
merata).
b. B. Pembelahan
holoblastik tidak sempurna
ditemukan pada sel
telur teleolecithal (penyebaran
kuning telur lebih
banyak di kutub
vegetal) maka mitosis di kutub
anima berlangsung lebih cepat dari pada di kutub vegetal. Pada akhir pembelahan jumlah
blastomer di kutub anima lebih banyak dari
pada di kutub
vegetal, tertapi ukurannya
lebih kecil.
Blastomer-blastomer
kecil yang terdapat
di kutub anima
disebut mikromer dan terdapat di
kutub vegetal disebut makromer.
2. Pembelahan
meroblastik, yaitu pembelahan
mitosis tidak disertai
oleh pembagian kuning
telur (kuning telur
yang tidak ikut
membelah), dengan demikian
membagi diri adalah
inti sel dan
sitoplasma di daerah
kutub anima. Pembelahan tersebut
terdiri dari :
- a. Pembelahan meroblastik diskoidal, terjadi pada sel telur politelocithal (jumlah kuning telurnya banyak dan berkumpul di salah satu kontrol) misalnya; reptile, burung, mamalia dan ikan.
- b. Pembelahan meroblastik superficial, terjadi pada sel telur sentrolechithal (kuning telur di bagian tengah sel). Karena kuning telurnya mengumpul, maka pada akhir pembelahan blastomer-blastomer merupakan lapisan yang mengililingi kuning telur, hal ini biasa ditemukan pada Arthopoda.
Effendie (1978) menyatakan
bahwa pembelahan pada
telur telolecithal dinamakan
meroblastik dimana kuning
telurnya tidak ikut
membelah. Jadi yang membelah pada telur telolecithal hanya
keping protoplasmanya saja yang terdapat
di kutub anima. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Lagler (1972) bahwa
pembelahan yang hanya
berlangsung pada sitoplasma
yang bukan kuning telur disebut sebagai pembelahan
parsial (incomplete cleavage).
Lagler (1972) menyebutkan
bahwa pembelahan pertama
akan membagi blastodisk
menjadi dua bagian
yang selanjutnya masing-masing
bagian akan membelah
lagi menjadi 4,
8, 16 dan
32 sel. Pembelahan-pembelahan sel
ini akan menghasilkan
blastoderm yang makin
lama makin menebal.
Tahap pembelahan sel
berakhir dengan terbentuknya
rongga blastocoels yang terletak diantara
blastoderm dan jaringan
periblast yang menempel
pada kuning telur (Lagler, 1972)
Menurut Effendie (1978),
pembelahan pertama adalah
meridional dan menghasilkan
dua blastomer yang
sama. Pembelahan kedua
adalah juga meridional,
tetapi arahnya tegak
lurus pada dua
blastomer pembelahan pertama
dan menghasilkan empat
sel yang sama
besar. Pembelahan ketiga adalah
equatorial menghasilkan 8
sel. Pembelahan ke
empat adalah vertical dari pembelahan pertama dan menghasilkan 16
sel.
Hasil pembelahan sel
telolechital akan terbentuk
dua kelompok sel,
yaitu kelompok sel-sel
utama (blastoderm) yang
akan membentuk tubuh
embrio yang disebut
sel-sel fornichik atau
gumpalan sel-sel dalam;
dan sel-sel pelengkap
(tropoblast, periblast dan
auxiliary cell) yang
berfungsi sebagai pelindung antara embrio dengan induk atau
dengan lingkungan luar.
Protoplasma dari telur Teleostei dan Elasmobranchia akan
mengambil bagian pada beberapa
pembelahan pertama. Kuning
telur tidak turut
dalam proses proses
pembelahan, sedangkan perkembangan
embrionya terbatas pada sitoplasma yang
terdapat pada kutub
anima. Telur ikan
ovipar yang belum dibuahi, bagian
luarnya dilapisi oleh
selaput yang dinamakan
selaput kapsul atau
chorion. Pada chorion
ini terdapat sebuah
mikropil yaitu suatu
lubang kecil tempat masuknya
sperma ke dalam telur pada waktu terjadi pembuahan.
Selaput yang ketiga
mengelilingi plasma telur
dinamakan selaput plasma.
Ketiga selaput ini
semuanya menempel satu
sama lain dan
tidak ada ruang diantaranya. Bagian
telur yang terdapat
sitoplasma biasanya berkumpul
di sebelah telur bagian
atas yang dinamakan
kutub anima, sedangkan
bagian kutub yang berlawanan
terdapat banyak kuning
telur yang dinamakan
kutub vegetatif. Kuning
telur yang ada di bagian
tengah keadaannya lebih
pekat daripada kuning telur yang
ada pada bagian pinggir karena adanya sitoplasma yang banyak terdapat di sekeliling inti telur.
Telur yang baru
keluar dari tubuh
induk dan bersentuhan
dengan air akan terjadi
perubahan yaitu selaput chorion akan terlepas dengan selaput vitelline dan membentuk ruang yang ini dinamakan
ruang perivitelline. Adanya ruang
perivitelline ini,
maka telur dapat
bergerak lebih bebas
selama dalam perkembangannya, selain
itu dapat juga
mereduksi pengaruh gelombang terhadap
posisi embrio yang
sedang berkembang. Air
masuk ke dalam
telur yang disebabkan oleh adanya
perbedaan tekanan osmose dan imbibisi protein yang terdapat pada permukaan kuning telur.
Selaput
vitelline merupakan penghalang
masuknya air jangan
sampai merembes ke
dalam telur. Waktu
yang diperlukan untuk
pengerasan selaput chorion
tidak sama bergantung
pada ion kalsium
yang terdapat dalam
air.
Menurut Hoar (1957)
dalam Effendie (1997)
telur yang ditetaskan
dalam air yang
mengandung kalsium klorida
0.0001 M, selaput
chorionnya akan lebih keras
dari pada telur yang ditetaskan di air suling.
Gambar telur ikan
sebelum di buahi
Pengerasan
chorion akan mencegah terjadinya
pembuahan polyspermi. Telurtelur
ikan yang terdapat
di perairan bebas
masih sangat sedikit
diteliti.
Delsman
(1921 – 1938) merupakan orang pertama
yang melakukan penelitian secara mendalam
terhadap telur dan
larva ikan pelagis
di Laut Jawa.
Tidak semua telur ikan mempunyai
bentuk yang sama, umumnya suatu spesies yang berada
dalam satu genus
mempunyai kemiripan atau
mempunyai perbedaan yang kecil. Bermacam
telur dan larva
ikan bercampur aduk
dalam tingkat perkembangan yang
berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan pola pemijahan
ikanikan di Indonesia
masih belum diketahui,
sehingga ada kemungkinan didapatkan ikan- ikan yang memijah dalam
sepanjang tahun.
Morfologi sel
juga sering digunakan
untuk meneliti kualitas
telur dan parameter
morfologi ini lebih
sensitif dibandingkan dengan
kelangsungan hidup (Kjorsvik
(1990). Pada pembelahan
awal (blastomer) embrio
tidak berdiferensiasi dan
ini menjadi dasar
untuk perkembangan embrio selanjutnya.
Kerusakan pada sel ini akan mempengaruhi perkembangan akhir dari embrio
dan akhirnya akan
terjadi kerusakan pada
salah satu sel
dalam perkembangannya. Pengamatan
juga termasuk melihat
simetri pembelahan awal serta banyaknya embrio dan larva yang
cacat.
Effendie
(1997) mengelompokkan telur ikan berdasarkan kepada kualitas kulit luarnya,
yaitu antara lain :
a.
Non adhesive :
Telur mungkin sedikit
adhesive pada waktu
pengerasan cangkangnya, namun
kemudian sesudah itu
telur sama sekali
tidak menempel pada apapun juga.
Sebagai contohnya telur ikan salmon.
b.
Adhesive : Setelah
proses pengerasan cangkangnya
telur itu bersifat lengket
sehingga akan mudah
menempel pada daun,
akar tanaman, sampah, dll. Contohnya adalah telur ikan mas
(Cyprinus carpio).
c.
Bertangkal : Sungguh-sungguh merupakan
keragaman yang khas
dari bentuk adhesive, terdapat
suatu bentuk tangkai kecil untuk menempelkan telur pada substrat. Telur macam demikian
terdapat pada ikan smelt.
d.
Telur berenang :
Pada telur ini
terdapat filamen yang
panjang untuk menempel
pada substrat atau
filamen tersebut untuk
membantu telur terapung
sehingga sampai ke
tempat untuk menempel
didapatkan. Contohnya pada telur ikan hiu (Scylliorhinus)
e.
Gumpalan lendir :
Telur-telur diletakkan pada
rangkaian lendir atau gumpalan
lendir seperti pada ikan perch atau sebangsa ikan lele.
Karakteristik telur ikan berdasarkan kulit luarnya (a) non
adhesive, (b) adhesive, (c) telur bertangkai, (d) telur
berenang (e)
gumpalan lender.
Sedangkan bila
telur dibedakan berdasarkan
berat jenisnya,
telur ikan dapat dibedakan
menjadi :
a.
Non bouyant :
Telur yang tenggelam
ke dasar bila
dikeluarkan oleh ikan dan
akan, tetap di sana. Golongan telur ini menyesuaikan dengan tidak ada cahaya
matahari. Kadang-kadang telur
ini oleh induknya
ditaruh atau ditimbun oleh batu-batuan atau kerikil.
Sebagai contoh yang khas dari telur macam
demikian terdapat pada ikan trout dan ikan salmon.
b.
Semi bouyant :
telur tenggelam ke
dasar perlahan-lahan, mudah tersangkut, dan
umumnya telur itu
berukuran kecil. Contohnya
pada ikan Coregonus.
c.
Terapung : Telur
dilengkapi dengan butir
minyak yang besar
sehingga terapung. Umumnya
terdapat pada ikan-ikan yang hidup di laut.
Gambar Karakter telur berdasarkan berat jenisnya (a)
buoyant, (b) semi
buoyant, dan (c) non buoyan
Telur ikan
juga dapat dibedakan
berdasarkan jumlah kandungan kuning telurnya, antara lain :
a.
Oligolecithal
Telur yang
mengandung kuning telur sangat sedikit jumlahnya. Contoh ikan yang mempunyai
telur demikian adalah Amphioxus.
b.
Telolecithal
Telur telolecithal
mengandung sejumlah kuning
telur lebih banyak
dari pada telur
oligolecithal. lkan yang
mempunyai telur telolecithal
banyak terdapat di daerah yang
bermusim empat, misalnya pada ikan Sturgeon,
c.
Macrolecithal
Telur yang
mempunyai kuning telur
relatif banyak dengan
keping cytoplasma di
bagian kutub animanya.
telur macam ini
banyak terdapat pada kebanyakan ikan.
Tag :
Teknik Pembenihan ikan
0 Komentar untuk "Sifat dan Karakteristik Sperma dan Telur Pada Ikan"