Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan larva - Belajar Sekolah

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan larva

Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Larva:
1)  Air
Menurut Naas  et.al  ( 1992) peran  penting fitoplankton  sebagai  penyusun air  hijau  adalah  dalam  hal  membantu  benih  untuk  mendapatkan  pakan karena  partikel-partikel  terlarut  (plankton)  menyebabkan  peningkatan kontras  penglihatan  bagi  benih,  sehingga  mangsa  dapat  terdeteksi. 

Air hijau dapat meningkatkan peluang tertangkapnya pakan untuk menangkap pakan  yang  berakibat  lanjut  pada  kelangsungan  hidup  dan  pertumbuhan benih. Air hijau mampu menekan sisa metabolisme berupa total amonia di dalam air. 

Sebaliknya  menurut  Tamaru  et.al  (  1994  )  bahwa  air  hijau  terjadi paradoks  yaitu  nilai  total  amoniak  senantiasa  lebih  tinggi  dari  air  jernih. Total amonia bagi ikan mas yang mematikan adalah 2 ppm. Untuk  mengurangi  amoniak  pada  wadah  pemeliharaan  benih,  dilakukan penyiponan  kotoran  berupa  sisa  pakan  atau  kotoran  ikan. 

Penyiponan kotoran  dilakukan  setiap  hari  atau  sesuai  dengan  tingkat  kebersihan  air pemeliharaan larva. Air yang dikeluarkan selama penyiponan selanjutnya diganti dengan air bersih.


2)  Cahaya
Intensitas  cahaya  sangat  berperan  terhadap  kelangsungan  hidup  dan pertumbuhan  berbagai  benih  ikan  terutama  benih  ikan  yang  bersifat ’vision  feeding’  yaitu  benih  yang  mengandalkan  penglihatan  dalam menangkap pakan. Akan tetapi lain halnya bagi ikan yang mempunyai alat deteksi  lain  selain  mata.  Sebagian  besar  ikan menyukai  intensitas  cahaya yang rendah dan aktif mencari makan.

3)  Pengelolaan kualitas air
Pengelolaan  kualitas  air  bertujuan  untuk  menyediakan  lingkungan  hidup yang  optimal  bagi  larva  untuk  bisa  hidup,  berkembang,  dan  tumbuh sehingga  diperoleh  kelangsungan  hidup  dan  pertumbuhan  larva  yang maksimum. 

Bentuk  kegiatan  pengelolaan  air  dalam  wadah  pemeliharaan larva  antara  lain  pemberian  dan  pengaturan  aerasi, pemeriksaan/pemantauan  kualitas  air  dan  pergantian  air.  Pemberian aerasi  dilakukan  untuk  meningkatkan  kadar  oksigen  dalam  air  wadah pemeliharaan. 

Untuk  meningkatkan  difusi  oksigen,  udara  yang dimasukkan ke dalam air dibuat menjadi gelembung kecil dengan bantuan batu aerasi. Oleh karena itu, beberapa faktor untuk menciptakan efisiensi dan  efektivitas  aerasi  perlu  diperhatikan 
1)  kekuatan  (tekanan  dan volume)  aerasi, 

2)  jumlah  titik  aerasi, 

3)  kedalaman  titik  aerasi  dalam badan air.

Untuk  mempertahankan  kondisi  kualitas  air  optimum,  maka  dilakukan pemantauan/pemeriksaan  kualitas  air  pada  suhu,  salinitas,  DO,  pH  dan kualitas air lainnya. Apabila kualitas  air dalam wadah pemeliharaan larva sudah  tidak  memenuhi  persyaratan  optimum,  maka  dilakukan  perbaikan kualitas air dengan pergantian air.

Pergantian  air  media  pemeliharaan  larva  bertujuan  untuk  membuang feses, metabolit amonia, CO2, dan sebagainya keluar wadah pemeliharaan. Bahan  yang  tidak  bermanfaat  dan  bahkan  merugikan  bagi  larva  tersebut akan  tersedimentasi  di  dasar  wadah  pemeliharaan. 

Untuk  mengeluarkan bahan  tersebut  dilakukan  dengan  cara  menyipon  dan  membuangnya  ke luar  wadah.  Air  yang  terbuang  diganti  dengan  air  baru  sehingga lingkungan  pemeliharaan  larva  kembali  optimal.  Penyiponan  di  dasar wadah  harus  dilakukan  secara  hati-hati  agar  larva  tidak  ikut  tersedot
keluar,  kecuali  untuk  larva  yang  lemah  dan  akan  mati  serta  larva  yang
sudah mati.

4)  Suhu dan Oksigen
Tingkat konsumsi oksigen semakin tinggi dengan meningkatnya suhu. Hal ini  terjadi  karena  perubahan  suhu  lingkungan  dapat  mempengaruhi sebagian  besar  proses  fisiologi  yang  terjadi  dalam  tubuh  ikan,  sehingga tingkat  konsumsi  oksigenpun  meningkat.  Pada  suhu  yang  dapat  ditolerir oleh  ikan,  konsumsi  oksigen  sering  bertambah  secara  teratur  dengan bertambahnya  suhu  lingkungan. 
Peningkatan  suhu  10oC  menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen 2-3 kali lipat .
Konsumsi  oksigen  pada  suhu  27oC  adalah  0,47  mgO2./jam.  lebih  rendah jika dibandingkan pada suhu 33oC yaitu sebesar 0,67 mgO2./jam.

Menurut Schmit  –  Nelsen  (  1990)  sebagian  besar  hewan  hewan  berdarah  dingin  ( poikiloterm  )   semakin  tidak  aktif  pada  suhu  yng  menurun.  Konsumsi oksigen  metabolisme  standar  pada  larva  ikan  baung  adalah  0,47-0,67 mgO2./jam,  ikan  rainbouw  0,50  mgO2./jam,  ikan  lele  Afrika  0,12
mgO2./jam,  ikan  grass  carp  0,17  mgO2./jam,  ikan  mas  0,29  mgabO2./jam.

Perbedaan  konsumsi  oksigen  disebabkan  oleh  suhu,  tingkat  metabolisme serta jenis dan ukuran ikan.
Pada  pemeliharaan  larva ikan, suhu media pemeliharaan harus stabil baik siang  maupun  malam.  Agar  suhu  media  pemeliharaan  tetap  stabil,  perlu menggunakan automatic heather.

Sedangkan untuk meningkatkan oksigen terlarut, pada media pemeliharaan di pasang aerasi. Aerasi dan  automatic heather  dipasang selama pemeliharaan larva ikan.

5)  pH air
pH  merupakan  hasil  metabolisme  yang  terdapat  dalam  perairan.  pH perairan merupakan jumlah ion hidrogen yang terdapat di dalam perairan. Dengan  kata  lain  nilai  pH  suatu  perairan  akan  menunjukkan  apakah  air bereaksi  asam  atau  basa.  Nilai  pH  air  optimal  untuk  mendukung kehidupan ikan dan kultur pakan alami (fitoplankton) berkisar antara 6,5 – 8,5.

6)  Ammonia
Ammonia  merupakan  salah  satu  produk  penguraian  bahan  organik  yang dilakukan   oleh  bakteri  yang  dilakukan  pada  perairan  anaerob  atau kurangnya kandungan oksigen terlarut dalam air. Bahan organik diuraikan oleh  nitrobakter  dan  salah  satu  menghasilkan  amoniak. 

Di  dalam  air ammonia mempunyai dua bentuk senyawa yaitu senyawa ammonia bukan ion  (NH3)  dan  berupa  ion  amonium  (NH4+).  Selanjutya  amonium dirombak lagi oleh nitrosomonas menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat.

Dalam  kaitannya  dengan  usaha  pemeliharaan  ikan  air  tawar,  NH3  akan dapat  meracuni  ikan  sedangkan  NH4+  tidak  berbahaya  kecuali  dalam konsentrasi  sangat  tinggi.   Konsentrasi  NH3  yang  tinggi  biasanya  terjadi setelah  fitoplankton  mati  kemudian  diikuti  dengan  penurunan  pH  air
disebabkan konsentarsi CO2 meningkat.

Batas  pengaruh  yang  mematikan  ikan  apabila  konsentarsi  NH3  pada perairan  tidak  lebih  dari  1  ppm  karena  dapat  menghambat  daya  serap hemoglobin  darah  terhadap  oksigen  dan  ikan  akan  mati  karena  sesak napas.

Perombakan  senyawa  nitrogen  pada  perairan  aerob  akan  menghasilkan senyawa nitrat yang dapat  diserap oleh organisme nabati sampai menjadi senyawa organik berupa protein
Larva  ikan  bawal  pertama  sekali  menetas,  mengendap  di  dasar  air.

Beberapa jam setelah menetas gerakan larva ikan bawal vertikal yaitu dari dasar  berenang  ke  permukaan  kemudian  turun  ke  bagian  dasar  wadah pemeliharaan larva  sampai umur 2 hari. selanjutnya hari ke 3 larva ikan bawal  sudah  berenang  lurus. 

Kuning  telur  (yolk  sack  )  larva  ikan  bawal akan habis pada umur 4-5 hari.
larva ikan bawal umur 2 hari dengan gerakan vertikal
larva ikan bawal umur 2 hari dengan gerakan vertikal
Pada hari yang ke 5 atau ke 6, larva ikan bawal diberi makan pakan alami. Pakan  alami  yang  cocok  dengan  bukaan  mulut  larva  ikan  bawal  adalah infusoria, artemia dan sebagainya. pada umumnya larva di  berikan pakan alami  artemia. 

Artemia  memiliki  ukuran  relatif  kecil,  gerakan  lambat, mengandung protein yang tinggi dan gampang di cerna. Selain itu jumlah artemia  dapat  di  tetaskan  sesuai  dengan  kebutuhan  larva.  Pemberian pakan larva ikan bawal dapat dilakukan 3-5 kali sehari. Jumlah pakan yang diberikan  secukupnya,  artinya  saat  pemberian  pakan  diamati. 

Jika  larva telah  kenyang  yang  ditandai  dengan  perut  larva  berwarna  kuning  maka pemberian pakan diberhentikan dan sebaliknya.Larva  ikan  bawal  hasil  penetasan  dipelihara  selama  14  hari,  sebelum
masuk  ke  kolam  pendederan.  Pemeliharaan  larva  merupakan  kegiatan yang  paling  menentukan  dalam  keberhasilan  usaha  pembenihan. 

Hal  ini disebabkan  karena  fase  larva  adalah  fase  kritis  dalam  siklus  hidup  ikan, sehingga  pemeliharaan  larva  membutuhkan  ketekunan.  Terdapat beberapa  kegiatan  penting  yang  harus  dilakukan  sebelum  dan  selama pemeliharaan  larva,  diantaranya  adalah  penyiapan  peralatan  dan  wadah
pemeliharaan,  penebaran  benih  (larva)  dalam  bak  pemeliharaan, pemberian  pakan,  pemantauan  kualitas  air  dan  sampling  larva  yang dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan larva yang dipelihara.

Kegiatan pemeliharaan larva dalam suatu kegiatan pembenihan ikan.

0 Komentar untuk "Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan larva"

Back To Top