1). Pemeliharaan Benih Ikan secara tradisional
Tradisional memiliki arti melakukan kegiatan secara turun temurun. Pada pendederan benih ikan khususnya pada pemeliharaan benih secara tradisional memiliki arti pemeliharaan benih ikan yang dilakukan secara turun temurun. Jika anda mempelajari ulang pemeliharaan sejak dahulu kala, maka pemeliharaan benih ikan di kolam, nenek moyang kita dulu belum mengenal bak beton, bak terpal, bak fiberglass dan sebagainya. Nenek moyang kita memelihara benih ikan di kolam belum mengenal pupuk atau kapur.Jadi persiapan kolam yang mereka lakukan hanya membersihkan kolam dari rumput
dan kotoran serta mengolah dasar kolam tanpa pemupukan dan pengapuran. Pendederan ikan secara tradisional juga demikian, persiapan kolam hanya membersihkan kolam dari rumput dan kotoran lainnya tanpa pemupukan dan pengapuran.
Konstruksi kolam tradisional terbuat dari tanah dimana pematang merupakan tumpukan tanah belum memperhitungkan tinggi dan lebar dasar pematang. Pipa pemasukan dan pengeluaran terbuat dari bambu.
Kolam yang telah selesai dibersihkan dimasukkan air. Penebaran benih dilakukan seadanya tanpa memperhitungkan luas kolam, daya dukung kolam, ukuran benih ikan, debit air dan sebagainya.
Kolam ikan secara tradisional |
Dengan demikian mortalitas ikan akan lebih tinggi, selain itu ukuran ikan juga akan sangat bervariasi.
2). Pemeliharaan Benih Ikan secara Semi intensif
Pemeliharaan benih ikan (pendederan) secara semi intensif merupakan perbaikan pembenihan ikan secara tradisional. Pada prinsipnya, pemeliharaan benih ikan secara semi intensif telah berorientasi mendapatkan keuntungan bahkan sudah cenderung sebagai profesi.Jika pemeliharaan benih ikan sudah berorientasi kepada keuntungan atau menjadi profesi, maka akan berpikir dan memperbaiki kelemahan / kekurangan sebelumnya agar mendapatkan keuntungan sebesarbesarnya.
Pada pemeliharaan benih ikan secara semi intensif, mulai dari persiapan wadah sampai pemanenan sudah lebih baik dibandingkan pemeliharaan secara tradisional. Persiapan wadah pada pemeliharaan benih ikan secara semi intentensif meliputi pengeringan kolam, pengolahan dasar kolam, pemupukan dan pengapuran, dan pengisian air kolam.
Pengeringan dasar kolam pendederan bertujuan untuk membasmi hama dan penyakit dan mengoksidasi gas beracun yang terdapat di dasar kolam. Gas beracun yang terdapat di dasar kolam berasal dari hasil penguraian bahan organik seperti kotoran ikan, sisa pakan, lumpur/kotoran yang terbawa air masuk dan mengendap di dasar kolam dan sebagainya. Bahan organik yang di dasar kolam tersebut diuraikan oleh bakteri nitrosomonas, nitrobakter dan sebagainya.
Beberapa hasil penguraian tersebut berbentuk gas di dalam dasar kolam. Dalam jumlah banyak, gas tersebut berbahaya bagi ikan. Gas beracun dalam dasar tersebut harus dibuang melalui oksidasi yaitu pengeringan dasar kolam.
Bahan organik juga merupakan media tumbuh hama dan penyakit ikan. Kolam yang jarang dikeringkan biasanya memiliki bahan organik cukup banyak dengan kata lain pada kolam tersebut banyak hama dan penyakit ikan. Hama dan penyakit yang sering berkembang di bahan organik meliputi aeromonas, white spot, trichodina, girodactylus, dactylogirus, bacciluss, ucrit dan sebagainya. Pengeringan kolam dilakukan selama 2-3 hari atau sampai dasar kolam retak-retak.
Pengeringan Dasar Kolam Pendederan |
Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan kolam sehingga tersedia pakan alami bagi benih ikan. Pupuk yang ditebar di kolam pendederan berupa pupuk kandang dan pupuk kimia. Pupuk kandang dapat berasal dari pupuk kandang ayam, domba atau sapi.
Dosis pupuk kandang yang ditebar sebanyak 0,2 – 0,3 kg / m2. Pemupukan dapat
dilakukan dua cara yaitu ditebar merata di dasar kolam dan ditumpuk / digundukkan pada salah satu bagian dasar kolam. Pemupukan dasar kolam terdiri dari pemupukan awal dan pemupukan susulan.
Pemupukan awal dilakukan dengan menebar pupuk di dasar kolam. Sedangkan pemupukan susulan dapat dilakukan menebar merata didasar kolam atau ditumpukkan pada salah satu bagian kolam. Jika pemupukan dilakukan dengan menumpuk disalah satu bagian kolam,
sebaiknya setiap 2 minggu pupuk tersebut dibalikkan agar tidak menjadi sarang bagi hama atau predator seperti belut, ular, ucrit, kepiting dan sebagainya.
Pemeliharaan benih ikan secara semi intensif, diawali dengan penebaran benih ikan di kolam. Penebaran benih ikan di kolam diawali dengan penentuan padat tebar benih kolam. Penentuan padat tebar, diawali dengan memperhitungkan daya dukung kolam. Pada pemeliharaan ikan secara intensif, penebaran benih ikan dilakukan apabila warna air kolam pemeliharaan sudah mengalami perubahan dari bening menjadi hijau kecoklatan. Warna air hijau kecoklatan
tersebut pertanda bahwa pakan alami sudah tumbuh dan benih sudah siap ditebar.
Dalam proses penebaran benih tersebut perlu ditentukan waktu penebaran, padat penebaran, keseragaman ukuran benih dan teknik penebaran. Tidak semua kolam memiliki daya dukung yang sama, sehingga padat tebar kolam juga berbeda-beda. Untuk mengetahui daya dukung kolam, perlu menghitung jumlah planton baik fitoplanton maupun zooplanton dalam kolam dengan mengambil sampel air kolam.
Pada air kolam tersebut dilihat dan dihitung menggunakan mikroskop jenis planton. Selain itu parameter daya dukung lainnya adalah kualitas air khususnya oksigen terlarut, p , suhu, kecerahan, amonium dan sebagainya. Parameter kualitas air yang baik di kolam adalah Oksigen terlarut - ppm, p - , suhu 2 -30 c, dan amonium 0,1 ppm.
Penebaran benih kolam diawali dengan aklimatisasi. Aklimatisasi bertujuan menyesuaikan benih ikan pada lingkungan baru. Pada pembenihan ikan secara semi intensif, pemberian pakan benih di kolam bertujuan untuk meningkatkan survival rate, pertumbuhan dan kualitas benih. Cara pemberian pakan benih ikan di kolam dilakukan dengan menebar ke seluruh kolam. Pakan yang diberikan berbentuk tepung dengan kadar protein 25 – 40 %. Pemberian pakan dengan cara menebar ke seluruh kolam tersebut dilakukan selama 2 minggu.
Selanjutnya bentuk pakan benih ikan dapat di tingkatkan menjadi remah atau crumble. Hal ini karena ukuran benih ikan sudah lebih besar sehingga bukaan mulutnya sudah lebih besar. Frekuensi pemberian pakan dapat dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore
hari. Jumlah pakan yang diberikan secukupnya. Jika benih ikan telah kenyang, pakan benih ikan di hentikan. Benih ikan yang telah kenyang di tandai dengan agresifitas benih terhadap pakan berkurang dan sebanyak 75 % total benih ikan telah meninggalkan lokasi pemberian
pakan.
Salah satu yang membedakan pemeliharaan benih ikan secara tradisional dan semi intensif adalah tahapan pendederan. Pada pemeliharaan ikan secara semi intensif terdapat tahapan pendederan yaitu pendederan 1, 2, 3 dan seterusnya.
Pada tahapan pendederan tersebut dilakukan juga sortir / grading ukuran benih ikan. Benih ikan
yang memiliki ukuran yang sama dipelihara pada kolam yang sama. Selain itu pendederan benih ikan dilakukan dengan menjarangkan pada penebaran benih ikan. Penjarangan tersebut karena ukuran ikan lebih besar dan membutuhkan lingkungan baik kualitas air dan pakan lebih yang baik.
Pendederan I, benih ikan dilakukan pemeliharaan selama 3-4 minggu. Selanjutnya benih ikan dipanen dan dilanjutkan dengan pendederan benih ikan yang ke II. Sebelum dilakukan pendederan benih ikan yang ke II, terlebih dahulu dilakukan persiapan kolam. Tahapan kegiatan persiapan kolam sama dengan persiapan kolam sebelumnya yaitu pengeringan dasar kolam, pengolahan dasar kolam, pemupukan dan pengapuran serta mengalirkan air kolam. Demikian juga dengan kegiatan pendederan III sama dengan pendederan ke II yaitu sortir/
grading, persiapan kolam, penjarangan padat tebar dan seterusnya.
Pemanenan benih ikan dilakukan setelah ukuran benih ikan dapat dibesarkan atau sesuai dengan permintaan pasar. Ukuran benih ikan yang telah dapat dibesarkan tergantung kebiasaan pengusaha pembesaran ikan. Pada beberapa daerah, ukuran benih ikan yang telah dapat dipelihara di kolam pembesaran ukuran 5- 10 gr / ekor
3). Pemeliharaan Benih Ikan secara Intensif
Pemeliharaan benih ikan secara intensif umumnya lebih terkontrol baik pengelolaan kualitas air, pakan, hama penyakit, ukuran dan tahapan pendederan. Pemeliharaan benih ikan secara intensif dapat dilakukan di bak, kolam dan di akuarium.Agar pemeliharaan benih ikan secara intensif, umumnya dilengkapi dengan data data. Data tersebut meliputi data pertumbuhan ikan, jumlah dan jenis ikan, data kualitas air, data
hama dan penyakit, data pakan, pemasaran dan data produksi. Selain itu pemeliharaan benih ikan secara intensif telah memiliki standar operasional prosedur pada setiap unit kegiatan.
Fasilitas yang digunakan pada pemeliharaan ikan secara intensif lebih lengkap dan lebih modern. Oleh sebab itu, komoditas yang dipelihara pada pemeliharaan secara intensif dapat dipertimbangkan antara harga jual dan kuantitas produksi dengan total investasi dan operasional.
Umumnya pemeliharaan benih ikan secara intensif, memelihara komoditas ikan yang memiliki harga yang mahal.Pemeliharaan benih ikan secara intensif, telah berorientasi pada
keuntungan. Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar maka dipelihara ikan dengan padat penebaran yang lebih tinggi. Padat penebaran yang lebih tinggi harus didukung oleh daya dukung kolam.
Daya dukung kolam terdiri dari ketersediaan pakan, kualitas air yang baik dan pengendalian hama penyakit. Ketersediaan pakan bagi benih ikan pada pemeliharaan ikan secara
intensif, umumnya berasal dari luar kolam. Artinya ikan yang dipelihara diberi makan sesuai dengan jenis, jumlah, frekuensi pemberian pakan.
Pada pemeliharaan ikan secara intensif, ketersediaan pakan di kolam tidak diperhitungkan. Seluruh pakan untuk benih ikan berasal dari luar kolam contohnya budidaya udang secara intensif di tambak, budidaya ikan di kolam ar deras, jaring terapung dan sebagainya.
Pemeliharaan Ikan di Kolam air Deras. |
Pada beberapa pemeliharaan ikan atau udang menggunakan teknologi untuk mensuplai oksigen terlarut dalam air misalnya kincir air, blower, debit air dan sebagainya. Peningkatan kandungan oksigen terlarut di kolam atau tambak, selain untuk konsumsi ikan juga digunakan untuk bakteri yang terdapat di kolam.
Kincir air di Tambak untuk Meningkatkan Kandungan | Oksigen Terlarut |
Keberadaan bakteri khususnya bakteri pengurai di kolam atau tambak sangat penting diperhatikan. Bakteri dapat membunuh bakteri lain dengan cara mengeluarkan senyawa protein (bacteriocins atau microcins) dan memangsa / menyerang secara langsung (Neidhardt, 1990). Bakteri penghasil bacteriocins kebal terhadap bacteriocins karena mereka menghasilkan suatu protein imunitas untuk melindungi dirinya ( Neidhardt, 1990).
Bakteri akan membuat lingkungan kolam menjadi lebih baik karena bakteri tersebut akan bersaing dengan bakteri alami yang ada di kolam untuk memperebutkan bahan organik (Moriarty, 1996). Deacon, (2000) mengatakan keuntungan penggunaan bakteri probiotik dalam
akuakultur adalah mengurangi cyanobacteria, memperbaiki pertumbuhan alga, ketersediaan oksigen terlarut menjadi lebih besar, mencegah timbulnya penyakit, mempertinggi tingkat kelangsungan hidup dan meningkatkan produksi perikanan. Bakteri yang diletakkan dekat dengan aerator tambak dapat mereduksi chemical oxygen deman ( COD).
Peranan bakteri sebagai kontrol biologis dalam system budidaya ikan ( Irianto, 2003). adalah :
Dapat melakukan kompetisi dengan bakteri patogen
Menambah nutrisi dengan menyediakan nutrisi esensial
Meningkatkan daya cerna dengan menyediakan enzim esensial
Menyerap bahan organik terlarut
Memproduksai substansi yang menghambat pertumbuhan bakteri patogen
oportunistik
Pengendalian hama dan penyakit pada pemeliharaan ikan secara intensif lebih menitik beratkan pada pencegahan. Agar hama dan penyakit, tidak menyerang ikan atau biota air yang dipelihara dilakukan dengan sanitasi atau sterilisasi alat yang digunakan, sanitasi
air yang digunakan, meningkatkan daya tahan tubuh dan penggunaan probiotik di wadah pemeliharaan.
Padat penebaran adalah jumlah (biomassa) benih yang ditebarkan per satuan luas atau volume. Padat penebaran benih akan menentukan tingkat intensitas pemeliharaan. Semakin tinggi padat penebaran benih, maka semakin banyak jumlah atau biomassa benih per satuan luas,
sehingga pemeliharaannya juga harus semakin intens. Selain itu, semakin tinggi padat penebaran benih, maka semakin tinggi pula tingkat teknologi yang digunakan.
Faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses penebaran adalah aklimatisasi suhu. Aklimatisasi merupakan proses adaptasi benih terhadap lingkungan yang baru, khususnya adalah penyesuaian suhu dari lingkungan yang lama dengan lingkungan yang baru. Apabila benih
didatangkan dari lokasi yang cukup jauh dan dikemas dengan menggunakan kantong plastik, maka proses aklimatisasi dilakukan dengan cara mengapungkan kantong pengangkutan benih tersebut di permukaan air dalam kolam. Setelah didiamkan selama 5 – 10 menit, maka pada kantong tersebut dapat ditambah air kolam pemeliharaan benih yang baru sedikit demi sedikit, hingga kondisi suhu air di dalam kantong plastik sama dengan suhu air yang ada di dalam kolam.
Kemudian biarkan benih – benih ikan keluar dengan sendirinya dari kantong plastik ke dalam kolam. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar perubahan kualitas air yang dialami benih ikan terjadi secara bertahap, halus dan tidak drastis.
1. Populasi ikan = Luas kolam ---------------- X Rataan jumlah ikan tertangkap = ....... ekor
Luas alat samping
2. Pertumbuhan mutlak = Pertumbuhan bobot ikan perminggu
3. Total bobot ikan = Populasi x rataan bobot ikan per ekor = ....... kg
Akibat dari tidak dilakukan aklimatisasi maka benih ikan mengalami perubahan lingkungan secara mendadak sehingga menyebabkan benihmengalami stress, sakit dan akhirnya mati. Benih yang mengalami stres dan sakit, tetapi bisa sembuh dan bisa lolos hidup, umumnya juga akan
menghadapi masalah dalam stadia selanjutnya.
Tag :
Teknik Pembenihan ikan
0 Komentar untuk "Cara Pemeliharaan Benih Ikan"